Kamis, 04 Maret 2010

filsafat sejarah

sebagai para ahli sejarah, diharapkan mampu memahami filsafat sejarah sebagai refleksi untuk menelusuri sumber sejarah. filsafat sejarah dibagi menjadi dua :
a. sejarah spekulatif
yaitu dimana memandang sejarah sebagai fakta dan sumber-sumber sejarah yang ada. sejarah spekulatif dapat kita lihat pada apa yang telah dihasilkan oleh para filsuf sejarah yang menghasilkan teori-teori sejarah berdasarkan apa yang ada (fakta dan sumber).
b. sejarah kritis
yaitu telaah sejarah berdasarkan teori-teori sejarah yang telah dihasilkan oleh para filsuf untuk dikritisi kembali tentang bagaimana gambaran masa silam untuk direcek kebenarannya. sejarah kritis ini merupakan tindak lanjut dari sejarah spekulatif, dimana para ahli sejarah menggunakan teori-teori yang ada untuk mengkaji sumber-sumber baru atau ntuk merekonstruksi sejarah.

Kamis, 10 Desember 2009

Indonesiaku yang dalam rintihan dan tangisan

setelah jatuhnya pemerintahan orde baru, rakyat Indonesia berfikir bahwa akan cukup sampai disitu saja tindak kriminalitas yang dilakukan oleh para aparatur dan lembaga kenegaraan. Pemerintahan Orba benar-benar jatuh tepatnya pada pembacaan surat pengunduran diri presiden Soeharto pada TANGGAL 21 Mei 1998, pukul 09.00 WIB di hadapan seluruh rakyat indonesia melalui siaran berita berbagai media. namun, ternyata keadaan tidak semakin membaik. Setelah kawan-kawan mahasiswa melakukan aksi unjuk rasa besar-besaran menuntut reformasi birokrasi, hal itu tidak malah memperbaiki keadaan untuk waktu jagka panjang. Hal itu hanya berlangsug dalam waktu yang sekejap saja. Saat ini saja, kita lihat bagaimana keadaan negara ini yang semakin tidak terlihat bentuk dan arah tujuan mau dibawa kemana negara ini. Sedangkan, terdahulunya samapai saat ini dalam berbagai studi pembelajaran begitu tegas dijelaskan bahwa landasan idiil segala pelaksanaan kegiatan dalam NKRI mengacu pada Pancasila dan UUD 1945. Lalu, mengapa hal itu tidak dijadikan sebagai suatu aksi dan aplikasi dari hasil pembelajaran terdahulu. Kalau untuk belejar teori saja spertinya lebih baik,. itu tidak perlu.
tapi, bukan berarti sebagai para pemuda yang saat ini mengerti dam paham bagaimana keadaan negara saat ini, dengan semakin maraknya korupsi di berbagai instansi dari yang paling rendah sampai instansi yang paling tinggi kita hanya diam saja. keadaan seperti ini tidak bisa didiamkan, dalam diri mari kita tanamkan untuk perubahan yang lebih baik yang dimulai dari kita sendiri, mulai sat ini, dan mulai dari hal yang terkecil. Itulah upaya yang mungkin dapat secara perlahan memperbaiki keadaan Inonesia yang sedang merinyih dan menangis. Melihat masyarakat dan alamnya hanya terbuai kebahagiaan dunia dengan pencarian materi sebesar-besarnya tanpa diimbangi kesadaran menjadi yang lebih baik, peduli sesama dan sekitar, serta persiapan untuk anak cucu kita kelak tanpa mengandalkan keegoisan dan sikap individual yang berlebihan.

engkau yang buta

Semilirnya angin berhembus di pagi itu sangat menyejukkan keadaan yang ada di serambi depan rumah Sela, sesejuk hatinya yang selalu ditemani seorang lelaki di sampingnya ketika suka maupun sedih. Roy, lelaki yang sudah beberapa tahun terakhir ini menjadi kekasihnya. Lelaki yang mau menerima Sela apa adanya, setia menemani dan selalu membimbingnya dalam tiap langkah-langkah yang ia lalui. Sela tak mampu memenuhi kebutuhannya sendiri layaknya orang lain, hal ini karena dia adalah gadis cantik yang terlahir buta. Ya, gadis buta yang selalu merasa hidup seorang diri dalam kegelapan yang ia rasakan tiap hembus nafasnya.

Sela selalu merasa Tuhan tidak pernah bersikap adil dengannya, karena semua orang memiliki sepasang mata yang membuat mereka melihat indahnya dunia dan membuat orang bisa melihat apa-apa yang mereka suka sedangkan dia?? Tidak..

Hal itu, yang membuat Sela membenci semua orang kecuali Roy yang selalu menemaninya dengan cinta kasih, serta perasaan tulus tanpa pamrih sebagai seorang kekasih yang senantiasa setia. Hari-hari mereka lalui berdua dengan suka dan duka serta semangat dan motivasi yang Roy berikan pada gadis cantik yang ia sayangi, Sela.

Hubungan yang terjalin cukup lama, Roy mulai berfikir untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih serius dengan Sela, yaitu pernikahan. Ketika Roy mulai menanyakan pakan Sela mau menikah dengannya, dengan tegas Sela menjawab bahwa ia akan menikah dengan Roy ketika ia bisa melihat sedangkan saat ini ia masih buta dan ajakan Roy pun ditolak.

Tidak lama setelah ajakan Roy menikahi Sela, tiba-tiba ada seseorang yang tidak mau identitasnya diketahui mengaku akan mendonorkan matanya untuk Sela. Setelah dapat melihat, ajakan Roy kembali ia utarakan untuk mengajak Sela menikah. Tapi, setelah melihat Roy yang juga ternyata buta secara lantang Sela menolak dan ia mengatakan “ Aku tidak ingin memiliki suami yang buta.”

Betapa sakit dan teririsnya hati Roy yang selama ini senantiasa menemani dan setia di samping Sela ketika ia buta. Tapi, ketika ia dapat melihat ia menolaknya. Setelah mendengar perkataan Sela, Roy pergi

dengan air mata yang menetes lalu ia mengirimkan surat pada Sela yang isinya..

“ Jaga mataku baik-baik, sayank!!!”

Jumat, 24 April 2009

penyelenggaraan pendidikan tingkat dasar

Pendidikan dasar 9 Tahun sampai saat ini masih sebatas lips of service. Masih merupakan angan-angan bahwa anak-anak kita "HARUS" mengantongi ijazah sekolah minimal SMP. Akan tetapi ini merupakan program angan-angan yang tidak bisa ditawar lagi. Program yang sangat baik dan mulia.

Mengapa hanya dikatakan lips service....?
Ada beberapa indikator penting sebagai penghalang untuk mensukseskan program mulia ini, antara lain :
1. Pemerintah masih belum menggalakkan paradigma Pendidikan Dasar 9 Tahun menjadi satu kesatuan paket program proses belajar mengajar ;
2. Masih banyaknya anak didik putus sekolah di tingkat dasar (SD 6 Thn) ;
3. Biaya pendidikan masih tinggi (Biaya informal).

dengan sedikit gambaran sebagai berikut :

Pemerintah masih belum menggalakkan paradigma Pendidikan Dasar 9 Tahun menjadi satu kesatuan paket program proses belajar mengajar, sehingga berdampak sebagai mata rantai lemahnya sisdiknas kita. 
Pendidikan Dasar 9 Tahun saat ini masih dibagi menjadi 2 [dua] segmen penyelenggaraan jenjang pendidikan, yaitu segmen pendidikan dasar pertama 6 tahun (SD) dan segmen dasar kedua 3 tahun (SLTP). Kondisi ini antara lain mengakibatkan :
a. Rawannya anak didik putus sekolah. Mereka dengan berbagai macam sebab tidak mampu melanjutkan ke segmen kedua.
b. Tidak meratanya kualitas proses belajar mengajar pada kedua segmen ini, yang diakibatkan karena penatalaksanaan kegiatan pendidikan dan kurangnya tenaga pendidikan yang kualitatif (S1) di tingkat SD.
Pemerintah seyogyanya mulai menggalakkan Sekolah Pendidikan Dasar 9 Tahun "SATU ATAP" kelas I sampai dengan kelas IX. Program ini akan melahirkan berbagai macam efektifitas dan efisiensi proses belajar mengajar.

Dengan terselenggaranya Pendidikan Dasar 9 Tahun satu atap, Penyelenggara pendidikan akan mudah untuk melakukan monitoring dan evaluasi siswa. Karena dalam program ini tidak ada lagi kelulusan di kelas VI untuk memperebutkan / melanjutkan ke kelas VII yang memerlukan perhatian yang cukup besar (Dana, waktu, dan berbagai macam permasalahan dalam proses PMB). 
Selanjutnya Pemerintah tinggal memikirkan solusi tepat untuk memberantas "oknum"sekolah yang melakukan berbgai macam perbuatan yang menyimpang dalam penyelenggaraan proses pendidikan.


Lemahnya kompetensi aparatur penyelanggara pendidikan di DKI Jakarta ditengarai menjadi faktor penyebab rendahnya kualitas pelayanan pendidikan dasar Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) di Jakarta. Artinya, pengorganisasian satuan-satuan pelaksana kebijakan dan kegiatan pendidikan dari tingkat dinas sampai tingkat sekolah menjadi titik tolak pendekatan manajemen sumber daya pendidikan untuk mencapai tujuan organisasi Sub Dinas Pendidikan SMP dan Dinas Pendidikan Dasar Provinsi DKI Jakarta. 

Asumsi ini merujuk pada pendapat Gilly dan Maycunich (2000:98) yang mengungkapkan bahwa pengorganisasian terkait dengan pengaturan orang-orang ke dalam berbagai fungsi pekerjaan pada lingkungan tingkat tanggung jawab tertentu, kewenangan dan pengambilan keputusan, serta relasi timbal balik untuk mencapai tujuan strategi organisasi. Sedangkan pendapat Terry (1997:264) menyebutkan, organizing is the establishing of effective behavioral relationsships among persons so that may work together efficiently and gain personal satisfaction in doing selected tasks under given environmental conditions for the pupose of achieving some goal or objective.

Kaidah ini ternyata tidak menihilkan kenyataan yang terjadi pada penyelenggaraan pendidikan SMPN di DKI Jakarta. Jika ditilik dari indikator keberhasilan Standar Pelayanan Minimal (SPM), jelas terlihat suatu gambaran faktual bahwa kualitas pelayanan pendidikan dasar pada SMPN di Jakarta masih belum optimal.

Misalnya, pencapaian SPM atas indikator tenaga kependidikan non guru hanya 68,81 persen. Padahal, target yang ditetapkan Mendiknas atas indikator ini sebesar 80 persen. Pencapaian SPM atas indikator guru berkualitas dan berkompetensi hanya mencapai 50,72 persen. Sedangkan target yang ditetapkan Mendiknas atas indikator ini sebesar 90 persen. Pencapaian SPM atas indikator jumlah siswa per kelas mencapai rata-rata 44 siswa per kelas. Target yang ditetapkan Mendiknas atas indikator ini adalah antara 30–40 siswa per kelas.

Kemudian dalam penyelenggaraan SMPN di DKI Jakarta masih terdapat jumlah guru bidang studi atau mata pelajaran yang tidak sesuai dengan kebutuhan guru. Misalnya, bidang studi seni budaya kekurangan guru sebanyak 74 orang, bidang studi keterampilan kekurangan guru sebanyak 70 orang dan BP kekurangan guru sebanyak 883 orang. Belum optimalnya kualitas pelayanan pendidikan pada SMPN juga terungkap dari data permasalahan sekolah tahun 2007, yang antara lain menunjukkan belum meratanya distribusi guru di setiap sekolah. Kemudian belum meratanya pembagian tugas jam mengajar di setiap sekolah. Selain itu, juga masih banyak guru yang belum mempunyai kualifikasi S1 sesuai tuntutan UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan setiap guru minimal berijazah S1. Disamping itu, juga masih terdapat ketidaksesuaian antara kompetensi pendidikan yang dipunyai guru dengan bidang studi yang diajarkan.

Karena itu, dalam disertasi gelar doktor yang ditulis Saefullah, Wakil Kepala Dinas Provinsi DKI Jakarta, menyebutkan, pengorganisasian berpengaruh terhadap signifikan terhadap kualiatas pelayanan pendidikan dasar pada SMPN di Provinsi DKI Jakarta. Besarnya pengaruh pengorganisasian terhadap kualitas pendidikan ditentukan oleh hirarki, pekerjaan-pekerjaan, tugas-tugas, wewenang dan tanggung jawab penggajian dan pengendalian.

Dari hasil kajianya, Saefullah menyimpulkan tiga dimensi penyebab rendahnya kualitas pelayanan pendidikan dasar pada SMPN di DKI Jakarat yaitu, motivasi kerja aparatur penyelenggara pendidikan di DKI Jakarta masih rendah, susunan pelaksanaan kebijakan dan kegiatan pelayanan pendidikan dan distribusi pekerjaan-pekerjaan kurang terkoordinasi dengan baik, dan terakhir naik turunnya kualitas pelayanan pendidikan dasar lebih banyak tercermin dari penyediaan prasarana pendidikan yaitu gedung sekolah, ruang kelas, dan ruang perpustakaan serta tercermin dari perhatian kepala sekolah terhadap usulan orangtua siswa, perhatian guru terhadap keluhan siswa dan perhatian staf sekolah terhadap lingkungan sekolah.

Untuk itu, secara akademis Saefullah menyarankan, masalah pengorganisasian satuan-satuan pelaksana kebijakan dan pelaksana kegiatan pendidikan dan masalah kompetensi aparatur pada jabatan struktural dan jabatan fungsional dinas pendidikan perlu dijadikan kajian utama terhadap kualitas pelayanan pendidikan. Kemudian secara praktis, disarankan agar Dinas Pendidikan Dasar Provinsi DKI Jakarta mengembangkan suatu pola pengorganisasian satuan pelaksana kebijakan dan kegiatan yang tidak terlalu hirarkis dan pola pengorganisasian tersebut hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan dan permasalahan teknis pelaksanaan pekerjaan. Selain itu, disarankan dua persen dari total alokasi anggaran pendidikan dialokasikan untuk meningkatkan kompetensi tenaga keguruan SMPN dengan mengikutsertakan para guru yang berprestasi dan guru yang bertugas di daerah pesisir untuk mengikuti jejang pendidikan formal setingkat lebih tinggi atau mengikuti diklat keguruan.